"Sebuah Nama Sebuah Cerita"

Welcome to My Blog !


" A Story of Experience, Science and
Expression of feelings"

- Go where u wanna go - Do what u wanna do - Be what u wanna be - U just have one life and one chance to do all the things u wanna do -

Home

Selasa, 06 Desember 2011

Cara Mudah Mengontrol Emosi di Kantor

Posted Image



Tekanan pekerjaan sering memicu emosi. Tiba-tiba saja ada tambahan pekerjaan semementara tumpukan tugas di meja belum selesai. Bisa saja panik, emosi dengan si Bos karena selalu menambah beban pekerjaan atau kesal dengan kolega kerja yang tak mau membantu.

Jika anda merasa sudah di luar batas, usahakan Anda terlihat kacau di depan kolega. Karena tampilan emosi yang kacau, juga menganggu kondisi pekerjaan dan performance kita di mata klien. Penulis "Living with Emotions" dan ahli karir Patrick Merlevede dalam tulisannya seperti dilansir sofeminine.co.uk, memberikan sejumlah cara untuk mengatasinya.

1. Stres di Kantor

Situasi: Bos Anda minta tugas dan pekerjaan yang diberikannya bisa rampung malam ini juga di mejanya. Padahal, Anda punya banyak pekerjaan yang menumpuk dan waktu yang sangat sedikit. Lalu, bagaimana mengatasi hal seperti ini.

Solusi: Tak usah panik. Perasaan panik yang timbul berulang-ulang membuat Anda tak bisa menuntaskan pekerjaan sama sekali. Patrick menyarankan untuk menggunakan stres ini sebagai stimulan,“Stres kadang merupakan hasil dari situasi yang tidak dapat Anda kendalikan. Dan kadang-kadang Anda perlu sedikit stres untuk bergerak."

Maka reaksi yang tepat menurut Patrcik, "Jika Anda merasa apa yang atasan minta adalah mustahil, maka katakanlah kepada dia." Selain itu, Anda juga bisa berusaha bernafas dengan tenang agar menjadi santai.


2. Kesedihan

Situasi: Bisa saja, pada saat penilaian tahunan, atasan Anda bilang kalau Anda tidak mencapai target. Bahkan, dia bilang Anda kurang menyediakan waktu dan usaha untuk pekerjaan Anda. Padahal, Anda berpikir telah memberikan semua yang Anda bisa dan merasa kalau pengharapan mereka tidak masuk akal. Ini menyakitkan dan Anda rasanya ingin menangis.

Solusi: Menurut Patrick, solusi terburuk adalah menyimpan kesedihan Anda. Namun, melepaskannya semua juga tidak baik atau Anda akan hilang kendali. "Menangis di hadapan manajer Anda tidak akan memecahkan masalah," ujar Patrick dan Anda akan menyesalinya nanti.

Reaksi yang benar untuk mengendalikan kesedihan Anda adalah dengan menerima dan menunjukkannya. “Jika Anda ingin menangis, yang terbaik adalah meninggalkan ruangan," ujar Patrick. Kumpulkan kembali kekuatan Anda dan cari penjelasannya. Tanyakan pada atasan apa yang membuat dia berpikir Anda telah melakukan hal yang berbeda.


3. Panik

Situasi: Anda hanya punya waktu satu jam sampai saat pertemuan dengan klien baru. Presentasi Anda telah siap, tapi muncul ketakutan lain, bagaimana jika laptop Anda mati di tengah-tengah presentasi? Bagaimana jika Anda kehilangan kata-kata atau klien ternyata tidak suka.

Solusi: Patrick menyarankan untuk,"Jangan fokus pada rasa panik yang berkembang. Cobalah untuk tidak berpikir apa yang bisa menjadi salah."

Ia juga menyarankan untuk coba membayangkan dan mengingat pertemuan saat Anda meraih kesuksesan. Maka, hal ini bisa meningkatkan rasa percaya diri yang artinya akan lebih sukses.


4. Marah pada Pekerjaan

Situasi: Anda sudah bekerja keras untuk satu proyek selama lebih dari dua bulan. Pertemuan penting semakin mendekat, tetapi tiba-tiba atasan Anda memutuskan kalau dia lebih suka rekan kerja Anda yang akan mempresentasikan pekerjaan itu karena melihat rekan ini lebih nyaman ketikal berbicara di muka umum.

Tentu Anda akan menyerang keputusan ini dan marah kepada atasan. Akhirnya rekan kerja ini akan mendapatkan semua pujian atas kerja yang telah Anda lakukan.

Solusi: Menurut Patrick,"Jangan marah karena atasan Anda akan merespon dengan nada yang sama.” Reaksi benar dari kejadian seperti ini adalah dengan menanyakan kenapa ini terjadi.

Katakan padanya kalau keputusannya telah membuat Anda terdemotivasi. Tunjukkan kekuatan Anda pada atasan Anda dan dengan sendirinya Anda akan mengingat bertapa berharganya Anda sebagai seorang pegawai.


5. Kebahagiaan di Kantor

Situasi: Jajaran direksi baru saja memberikan selamat atas kerja Anda dan menawarkan promosi pada Anda. Merasa senang, Anda rasanya ingin meneriakkan kabar ini dari atap gedung.

Solusi: Hindari untuk berlebihan dalam menunjukkan perasaan bahagia Anda. Sebelum memberitahukan berita ini, pertimbangkan perasaan rekan kerja yang lain. Sayangnya, antusiasme seperti ini bisa memicu rasa cemburu dari staf lain.

Reaksi yang benar adalah dimulai dengan berterima kasih pada jajaran direksi atas promosi ini. Positif dan profesional. Bertindaklah dengan baik sesuai dengan budaya di kantor Anda. Sementara dengan kolega yang lain cobalah untuk tidak menunjukkan betapa bahagianya Anda.


6. Pelecehan

Situasi: Saat rapat dengan tim, tiba-tiba Anda kudu berhadapan dengan ide atau strategi bisnis atasan Anda. Sebalknya, atasan Anda merespon perdebatan itu dengan mengungkap pencapaian buruk tim Anda bulan lalu.

Solusi: Cobalah untuk tidak menyerang balik. Serangan balik akan mengganggu atasan Anda. Jika bereaksi seperti ini, mereka tidak akan mendengar dan membiarkannya sampai diam sendiri. Di hadapan kolega Anda, sangatlah tidak pantas untuk membela diri Anda sendiri.

Yang perlu Anda lakukan adalah jangan sampai menunjukkan kalau hal ini melecehkan Anda karena hanya akan membuat senang atasan. Sebaliknya, bertindaklah seperti Anda tidak berpengaruh akan hal ini.

Kembali kepada hal dasar, tujuan dari pertemuan ini. Selanjutnya, bicaralah satu lawan satu dengan atasan mengenai kesalahpahaman dan rasa malu Anda. Pelecahan bukanlah tehnik manajemen yang bagus dan tidak punya tempat di perusahaan manapun.


7. Cemas

Situasinya: Asisten anda memberitahu, klien penting yang akan bertemu pada pukul 10.00 sudah tiba di kantor. Oops, Anda sama sekali lupa dan tidak mempersiapkan apapun.

Solusi: Tak usah berpura- pura kalau Anda sudah siap padahal tidak. Mereka akan menyadari itu, terutama ketika kecemasan ini membuat Anda grogi dan bingung. Kalau begini klien Anda akan kurang percaya pada pada Anda dan hal ini bukan yang diinginkan.

Sebaiknya, jika Anda belum siap, jujur pada klien dengan mengatakan yang sebenarnya. Daripada panik dan kehilangan arah, rencanakan ulang untuk pertemuan selanjutnya. Belajar dari pengalaman sehingga hal-hal seperti ini tidak akan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar